Cara Menghadapi Resesi 2023, Krisis Ekonomi

Cara Menghadapi Resesi 2023, Krisis Ekonomi – Ya, banyak yang mengatakan 2023 seluruh dunia akan masuk ke jurang resesi. Waktu artikel ini ditulis, sudah banyak negara yang mulai masuk ke dalam jurang resesi karena mata uangnya terdepresiasi. Contohnya Sri Lanka dan Turki.

Bahkan Sri Mulyani, Menteri Keuangan Indonesia dan OJK memberikan sinyal akan terjadi Resesi di tahun 2023. Menteri Keuangan Malaysia, Tengku Zafrul Aziz bahkan menyamakan 2023 akan menjadi krisis sama seperti di tahun 97 dan 98.

Dan ini masih dalam satu paket di krisis karena supply chain, krisis karena pangan dan energi karena perang, dan krisis karena zero covid policy yang diterapkan di China.

Cara Menghadapi Resesi 2023, Krisis Ekonomi

Jadi kenapa banyak pakar prediksi resesi 2023? apa indikator jika 2023 resesi? apa sinyal nya jika 2023 resesi? ciri-ciri dan tanda-tanda resesi 2023 seperti apa?

Cara Menghadapi Resesi 2023, Krisis Ekonomi

Strong Dollar

Alasan yang pertama 2023 resesi adalah karena strong dollar. Teman-teman pernah denger istilah dollar milkshake theory? Di mana dollar menghisap liquidity semua mata uang dunia.

Dollar yang tinggi membuat orang-orang diluar Amerika pusing karena nilai mata uangnya merosot. Misalnya nilai Poundsterling, Yuan, dan Yen runtuh. Dan akan lebih memusingkan lagi untuk negara yang melakukan import untuk makanan dan bahan bakar.

Sebagai respon, bank sentral dibanyak negara telah menaikkan suku bunga untuk menyelamatkan nilai mata uang.

Kenaikan Indeks Dollar

Yang kedua resesi 2023 akan terjadi karena kenaikan indeks dollar. Nah, Morgan Stanley memperkirakan setiap kenaikan satu persen pada dollar index punya dampak negatif 0,5% terhadap profit perusahaan S&P 500.

Indeks dolar Amerika adalah index dari nilai dolar Amerika Serikat terhadap sekeranjang mata uang asing. Yaitu Euro, Yen, Pound Inggris, dolar Kanada, crona Swedia, dan Frank Swiss.

Dollar index naik 19% tahun ini, sementara itu US stock turun 23%. Hal yang sama juga terjadi di krisis tahun 2000, 2008, dan 2012. Yang pasti dollar index tidak akan naik untuk selamanya dan bisa menjadi acuan untuk investasi mid ataupun long term.

Cold Winter

Yang ketiga, Resesi 2023 terjadi karena Cold Winter. Musim dingin kali ini tidak akan dilupakan oleh banyak orang dan di tahun 2023 akan benar-benar dingin. Karena langkanya pasokan gas.

Rusia sebagai pemasok gas utama di Eropa mengancam akan menghentikan pasokan gasnya. Karena apa? Karena sebagai balasan atas sanksi yang dilakukan oleh Amerika dan negara NATO.

Kenaikan FED Interest Rate

Sebab resesi 2023 yang keempat, karena FED interest rate naik. Suku bunga FED naik dan membuat orang menunda pembelian rumah. Juga membuat bisnis lebih susah mendapatkan pinjaman.

Diperkirakan bunga FED akan mencapai 4,5% hingga 4,75%. Sewaktu artikel ini ditulis, suku bunga FED masih ada di angka 3,25%. Angka 4,75% hampir sama dengan angka di bulan Oktober hingga Desember tahun 2007. Tepatnya menjelang real estate crash di tahun 2008.

Perusahaan Amerika Mengencangkan Ikat Pinggang

Sebab resesi 2023 terjadi yang kelima, perusahaan Amerika mengencangkan ikat pinggang, karena berkurangnya daya beli. Terutama di negara-negara di luar Amerika yang akhirnya membuat perusahaan global Amerika mengencangkan ikat pinggang.

FedEx contohnya mengantisipasi berkurangnya pendapatan hingga 40%. Apple juga membatalkan rencananya untuk memproduksi iPhone 14. Setelah penjualannya nggak memenuhi target. Bahkan Google juga memerintahkan para Manager mengurangi bisnis trip.

Runtuhnya Sektor Real Estate

Yang keenam, resesi 2023 terjadi karena runtuhnya sektor Real Estate. Karena bunga naik dan pembeli menunda pembelian rumah. Developer juga menunda pembangunan Real estate skala besar. Seperti perhotelan dan perkantoran. Karena demandnya belum kembali dari sebelum pandemi.

Real estate adalah sektor Padat Karya dan punya domino effect yang sangat besar di industri lain. Juga investor masih dejavu dengan suku bunga FED di tahun 2007. Tepatnya sebelum real estate bubble.

Kemana Uang Investor?

Ini yang jadi pertanyaan. Kemana uang investor? Uang investor saat ini masih ada dalam bentuk dollar. Makanya dollar sangat kuat. Artinya investor sedang dalam masa persiapan. Karena di masa krisis, cash is king. Beberapa juga berinvestasi dalam Bitcoin.

Berdasarkan data di messari, ada peningkatan signifikan dalam pembelian Bitcoin dengan menggunakan Euro dan Poundsterling.

Cara Menghadapi Krisis Ekonomi Resesi 2023

Nah, sekarang harus ngapain nih kalau sampai ada krisis. Atau harus ngapain untuk menghadapi krisis ini.

Kurangi Belanja Konsumtif

Cara menghadapi resesi 2023 yang pertama kita kurangi belanja konsumtif dan jaga cash flow. Langit nggak selamanya biru. Kita nggak tahu pasti apa yang bakal kita hadapi setelah musim dingin, terutama di 2023.

Dan musim dingin di beberapa negara itu cukup panjang. Contohnya di Finlandia. Musim dingin bisa berlangsung 100 hingga 200 hari, dengan suhu terendah -4°C.

Di Jerman, musim dingin berlangsung antara November hingga Februari, dengan suhu sekitar -5°C.

Di UK berlangsung antara Desember hingga Maret, dengan suhu mencapai 0°C.

Nah, untuk menghangatkan tubuhnya. Mereka perlu pasokan gas. Sementara pasokan gas sangat langka. Pasokan gas udah dipolitisasi dan dijadikan daya tawar oleh Rusia. Beruntungnya kita yang hidup di daerah khatulistiwa dengan dua musim aja.

Belanja di 2023

Cara memghadapi resesi 2023 yang kedua, 2023 adalah saatnya kita belanja dan panen di tahun yang berikutnya. Teman-teman tahu kan 2024 adalah tahun apa?

Untuk kita crypto enthusiast, 2024 adalah tahun halving. Halving adalah di mana reward Bitcoin untuk miner berkurang 50%. Dan sesuai siklus Bitcoin, harga Bitcoin akan rally setiap halving.

Bitcoin halving diperkirakan jatuh di bulan maret 2024. Jadi apapun yang terjadi di 2022 dan 2023, hold keras Bitcoin.

Parkir Di Dollar

Cara menghadapi resesi 2023 yang ketiga, parkir di dollar. Mengapa dollar? Karena dollar milkshake theory. Ketika dollar yang kuat menghisap liquidity semua mata uang berbagai negara.

BUSD dan USDC

Cara menghadapi resesi 2023 yang keempat, BUSD dan USDC. Kenapa BUSD atau USDC? Karena BUSD dan USDC di-backup 1 banding 1 dengan dollar atau bond Amerika.

Sementara USDT masih punya exposure pada paper asset atau surat hutang perusahaan. Dan kita nggak tahu apakah perusahaan-perusahaan yang surat utangnya dipegang oleh tether bakal survive di tahun 2023.

Meanwhile, tether juga terus mengurangi jumlah kepemilikan paper asetnya di tahun 2022 ini. Kalau tether sampai tumbang, ini bahaya banget buat seluruh ekosistem crypto. Karena hampir semua liquidity aset crypto diisi dengan tether.

Belanja Aset Murah

Next, kita bisa belanja aset murah. Selalu ada peluang di setiap krisis. Di setiap krisis kita bisa beli aneka aset dengan harga murah dan terdiskon. Nah, timing seperti ini hanya datang beberapa tahun sekali. Bahkan mungkin beberapa dekades sekali.

Tentunya sebagai diversifikasi, kita juga bisa belanja saham Amerika. Kenapa saham Amerika?

Karena saat ekonomi sedang slow down dan inflasi udah berhasil ditekan, maka Bank Sentral Amerika akan mulai kembali memberikan stimulus untuk membangkitkan ekonominya. Dan yang paling diuntungkan nomor 1 adalah perusahaan-perusahaan Amerika.

2023 mungkin adalah pesta terakhir dan kita baru akan melihatnya lagi sekitar beberapa tahun yang akan datang. Atau mungkin beberapa dekade yang akan datang. Karena semuanya bergerak dalam cycle.

Selanjutnya, setelah menaikkan suku bunganya. FED akan balik arah pelan-pelan menurunkan suku bunganya. Memberikan stimulus atau quantitatif ising seperti di 2020 yang lalu untuk boost ekonomi yang terdampak karena resesi.

Jadi dunia berjalan dalam cycle. Seperti musim yang memang harus dilalui. Nah, mereka yang tahu dan paham cyclenya punya advantage dan punya persiapan yang lebih baik. Daripada mereka yang nggak tahu sama sekali dan hanya mengandalkan ramalan. Padahal history will repeat itself.

Baca Juga: 9 Langkah Hutang Cepat Lunas

Tinggalkan komentar